Mendengar kata keraton, kita mungkin akan membayangkan sebuah kerajaan dengan singgasana mewah sebagaimana yang biasa kita lihat di televisi. dengan ukiran dan pernak pernik emas yang bertebaran di mana mana. Namun, maaf bila membuat anda kecewa, bahwa emas itu tidak ada. Anda bahkan tidak akan menemukannya di keraton ini.
Inilah Keraton Solo atau yang bernama resmi Keraton Surakarta Hadiningrat. terletak di daerah Surakarta Jawa Tengah, iya Jawa Tengah adalah nama provinsi yang menaungi daerah Surakarta ini, oh iya, jangan juga sampai salah menulis dengan Kartasura, sebab daerah Kartasura masih di sebelah utara Surakarta ini. emb.. sepertinya akan layak jika nantinya kita membahas soal Surakarta dan Kartasura, anda mungkin juga akan tertarik dengan nama Solo yang lebih akrab.
Baik, kita kesampingkan dahulu ketiga nama tenar yang ada huruf "S" nya tersebut. Pada kesempatan kali ini kami membawa rombongan dari Guru PAI SDN se Kecamatan Paciran berjumlah 15 orang dengan menggunakan kendaraan elf tipe long dengan destinasi Masjid Agung Jawa Tengah di kota Semarang lalu menuju Firdaus Fatimah Zahra yang berada di gunung pati semarang dan kemudian ke Pasar Klewer serta Keraton Surakarta Hadiningrat ini sebagai destinasi wisata terakhir.
Guru PAI SDN se Kecamatan Paciran |
Untuk postingan kali ini kita akan fokuskan hanya pada Keraton Solo atau Keraton Surakarta Hadiningrat. Keraton yang mulai dibangun pada tahun 1744 ini punya banyak ruangan atau komplek. kompleks tersebut bernama Kompleks Alun-alun Lor/Utara, Kompleks Sasana Sumewa, Kompleks Siti Hinggil Lor/Utara, Kompleks Kamandungan Lor/Utara, Kompleks Sri Manganti, Kompleks Kedaton, Kompleks Kamagangan, Kompleks Sri Manganti Kidul/Selatan (?) dan Kamandungan Kidul/Selatan, serta Kompleks Siti Hinggil Kidul/Selatan dan Alun-alun Kidul/Selatan. Sebagaimana lazimnya kerajaan di jawa, kompleks alun - alun memiliki 2 tempat, yakni alun alun utara dan selatan. Keraton Surakarta Hadiningrat ini sendiri terletak di alun - alun utara berdekatan dengan Pasar Klewer dan Pasar Beteng. mari kita bahas bagiamana menuju ke keraton ini. Pertama, ada beberapa tempat parkir yang tersedia untuk para pelancong yang akan berkunjung ke daerah ini. namun, yang paling enak sepertinya di daerah parkir dalam. Disana kita bisa dengan leluasa melihat Pasar Klewer di sebelah barat dan juga Tratag Siti Hinggil Lor atau yang tempat yang bernama asli Sasana Sewayana persis di depan parkiran, biasa banyak orang berteduh melepas penat dan panas di tempat ini. Sasana Sewayana ini sebenarnya adalah tempat untuk menghadap perwira tingkat bawah sampai menengah pada jaman dahulu.
MENCARI KERATON
Sekali lagi, ketika kita mencari keraton ini butuh sedikit ketelitian, bagi yang pertama kali datang kemari tentu akan menemukan sedikit kesulitan bila tidak memperhatikan rambu atau tanda arah menuju keraton. parkiran dalam ini sendiri berada disebelah utara keraton yang bila kita menoleh ke arah barat kita akan bertemu dengan Pasar Klewer maka, kita harus menoleh ke arah timur yakni ke arah dimana kendaraan kita datang.
Dari arah masuk kendaraan tadi kita harus berjalan dengan hati hati karena padatnya kendaraan, dan kompleks keraton sendiri dikelilingi oleh tembok setinggi empat sampai lima merter dengan tebal satu meter, sementara jalanan yang menjadi lintasan kita menuju keraton cukup sempit.
Setelah berjalan kaki sekira lima menit, kita akan bertemu dengan gerbang keraton ini, yang masih dengan lalu lalang kendaraan umum, betul kompleks ini sepertinya telah juga menjadi jalanan yang bisa dipergunakan oleh masyarakat umum.
Dari gerbang ini, kita masih harus berjalan ke arah kiri beberapa puluh meter lagi. Jangan khawatir, ketika telah masuk gerbang, kita akan berjumpa dengan bangunan yang eksotis dan memanjakan mata. Jika dilihat sepintas Keraton Solo ini sangat mengagumkan, sebab benar benar hampir seluruh bagiannya terbuat dari kayu pilihan. Ditambah dengan ornamen menara yang menjulan, serta warna biru vintage yang amat menggiurkan untuk dijadikan spot swafoto, tidak akan membuat anda cepat lelah menuju ke bagian pintu masuknya.
Setelah berjalan sekira lima puluhan meter, kita akan menemukan pertigaan, ikuti saja jejeran lapak yang menjual aneka barang di tepi jalan, maka anda akan menemukan loketnya. Atau anda bisa berjalan lima puluh meter dan menemukan pertigaan, dari pertigaan belok ke kanan dan sepuluh meter anda akan bertemu dengan gerbang samping keraton yang sekaligus menjadi loket.
BAYAR TIKET
Untuk bisa menikmati keindahan keraton dari dalam anda harus terlebih dahulu membayar dengan nominal sepuluh ribu rupiah, penjaganya ramah, khas keramahan orang jawa. setelah membayar tiket akan dicek oleh bagian tiket untuk dirobek dan dikembalikan kembali kepada si empunya untuk dibawa entah untuk apa nantinya. Pemandangan di dalam keraton sungguh sangat jauh dari yang mungkin kita bisa bayangkan. namun intinya, saya sendiri terkejut saat milhat bahwa keraton ini memiliki bangunan memanjang sebanyak dua buah yang digabung dengan bangunan yang agak pendek yang kesemua bangunannya akhirnya membentuk bangunan dengan bentuk kotak dimana menara yang menjadi pusat perhatian masih terpisah dengan bangunan ini.
MUSEUM DAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA SURAKARTA
Pernahkan kita mendengan sebuah daerah dengan nama DIS atau Daerah Istimewa Surakarta? Saya rasa tidak akan banyak yang mendengar bahwa pada awalnya daerah Surakarta adalah sebuah Provinsi dengan nama Daerah Istimewa Surakarta, mungkin di lain kesempatan akan kita bahas, mengenai sejarah Daerah Istimewa ini.
Di dalam kompleks keraton akan kita jumpai aneka barang yang pada jaman kejayaan keraton baik yang berasal dari hadiah, maupun yang berasal dari kerajinan keraton itu sendiri.
Dua bangunan yang membetuk kompleks persegi panjang inilah yang kemudian digunakan sebagai tempat untuk memajang benda benda koleksi keraton, namun yang paling menyita perhatian saya adalah piagam penyerahan Surakarta oleh Hamengku Buwono kepada NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diterima oleh Bapak Presiden Ir. Soekarno.
Didalam kompleks ini juga kita bisa menemukan pajangan Dayung Raksasa, serta tungku masak yang besarnya bisa buat menanak nasi dua puluh lima kilogram sekalipun. Sekali lagi maafkan bila laporan kali ini masih jauh dari kata sempurna maupun cakep, sebab hanya sebagian foto yang bisa diambil karena harus segera kembali armada untuk melanjutkan perjalanan pulang.
Di dalam komplek keraton utama yang telah menjadi museum ini juga disediakan juru terang atau guide untuk bertanya mengenai sejarah sosial maupun sejarah benda yang ada di lingkup keraton.
Rasanya baru sebentar sekali saya masuk ke dalam komplek ini dan sekarang menjadi rindu hahaha, jika diberikan kesempatan, saya akan tulis kembali pertanyaan pertanyaan yang selanjutnya akan saya serahkan pada juru terang tersebut. Keeksotisan bangunan keraton itu seolah olah bisa berbicara mengenai kegagahan para raja dalam senang dan getirnya kehidupan sosial mereka. Bagi kita, keraton atau istana adalah surga, namun seperti sebuah misteri, anda tentu juga bertanya bagaimana kehidupan para pengghuni kerajaan tersebut.
Keraton Solo, Mengintip Surga Di Masa Lalu.
Apluzadvertise..
Di dalam komplek keraton utama yang telah menjadi museum ini juga disediakan juru terang atau guide untuk bertanya mengenai sejarah sosial maupun sejarah benda yang ada di lingkup keraton.
Rasanya baru sebentar sekali saya masuk ke dalam komplek ini dan sekarang menjadi rindu hahaha, jika diberikan kesempatan, saya akan tulis kembali pertanyaan pertanyaan yang selanjutnya akan saya serahkan pada juru terang tersebut. Keeksotisan bangunan keraton itu seolah olah bisa berbicara mengenai kegagahan para raja dalam senang dan getirnya kehidupan sosial mereka. Bagi kita, keraton atau istana adalah surga, namun seperti sebuah misteri, anda tentu juga bertanya bagaimana kehidupan para pengghuni kerajaan tersebut.
Keraton Solo, Mengintip Surga Di Masa Lalu.
Apluzadvertise..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar